Perjalanan dan Perubahan Cita-cita

Keep your hopes up high, and your head down low.

ISO 100, SS 1/300. Puncak Mt. Merbabu


Cita-cita paten mayoritas orang semasa kecil tak lain dan tak bukan kalau tidak dokter, polisi atau tentara. Wajar celetukan itu akan mudah keluar karena pada dasarnya sebagian besar masyarakat di didik dan ditanamkan mindset untuk bekerja profeisonal 'ikut dengan orang'. Sangat jarang para orang tua yang megarahkan anak nya untuk bisa mandiri dengan mendirikan usaha sendiri. Namun hal itu tidak lah masalah buat saya, karena biar bagaimanapun semua perjalanan itu lah yang membuat saya sampai keadaan hingga seperi ini. Sangat bersyukur bisa dididik di lingkungan yang hebat seperti saat ini.

Tulisan ini sebenernya terinspirasi dari Erny's Journal di www.ernykurnia.com, saya juga sependapat tentang apapun pengalaman yang telah kita alami mungkin bisa menjadi manfaat buat orang lain juga. 

Sendari kecil saya selalu mengusahakan untuk menjadi seorang dokter ataupun Pemain Sepak Bola. Cita-cita itu berjalan dengan lancar hingga SMA. Mulai SD sering ikut olympiade IPA dan Matematika dan juga ikut SSB sejak dini hingga pernah mewakili DIY ke Semarang untuk main bola. Kemudian, SMP selalu lempeng dalam belajar dan ga neko-neko dalam bertingkah, hasil raport selalu condong ke MIPA dan sepak bola berjalan lancar. Memasuki SMA kondisi semakin tegang, karena di SMA ada jurusan IPA dan IPS. Kerja keras dalam belajar dan ambisi untuk menjadi dokter semakin tinggi, tujuan jurusan IPA pun sebagai harga mati kala itu. Syukur alhamdulilllah bisa masuk jurusan IPA dan perasaan bangga disertai optimis selalu muncul.

Kelas 3 SMA akhir adalah fase paling menjengkelkan, singkat cerita usaha yang dibentuk sendari kecil untuk memasuki Kedokteran akhirnay gagal setelah mencoba sekian kali untuk PTN. Waktu terus berlalu dan keputusan pun harus segera di ambil. Waktu itu ada lowongan untuk menjadi Polisi lewat jalur AKPOL, lumayan tertarik tapi sekali lagi minset kecurangan dalam akpol menjadikan instansi in kurang di setujui oleh Bapak. 
Masalah cita-cita sepak bola telah kandas berdampingan dengan konflik ketidakjelasan PSSI terhadap masa depan para pemain. 

Proses lobbying cita-cita terjadi di sini. Dengan perasaan yang berat dan kecewa akhirnya harus memantapkan hati dan diri di UNY jurusan Matematika. Haaahahahhaha
Awal semester sangat tidak menikmati kuliah dan sebagainya. Hingga akhirnya berusaha menyukai Matematika entah bagaimana pun caranya. Karena pada suatu hari saya tersadar bahwa mengambil suatu keptusan tetapi tidak di jalankan dengan sepenuh hati its same with a loser. 

Tuhan punya rencana baik untuk saya dalam menjalani Jurusan di Matematika ini. Bukan matematika nya yang menarik tetapi hikmah untuk keluar dari zona sebgai orang matematika. Melihat sisi di bidang usaha yang sedikit dilirik oleh anak matematika, bidang seni yang sangat tabu di matematika dan masih banyak lagi. Bisa dikatakan sbagai pembeda di sebuah kerumunan mayoritas itu sangat susah. Seiring berjalannya waktu akhirnya saya mulai nyaman di matematika yaaa walopun IPK saya hingga kini semester 8 tidak cumlaude. Saya tidak menyesali itu, toh perubahan pada diri seseorang sangatlah berbeda-beda.

Saat ini adalah akhir waktu buat saya untuk berjuang lulus dari Jurusan ini. Tidak ada cita-cita lain yang paling dekat selain lulus. Di sini pun cita-cita sebagai Pegawai Bank dan tetek bengeknya pun sangat lumrah dikatakan mengingat jabatan tersebut adalah yang realistis untuk perbaikan hidup yang signifikan dan jaminan sosial yang bagus juga.

Dari perjalanan yang saya lalui sejak SD hingga sekarang semester 8 akhir nampaknya masih bekum bisa memastikan sebuah cita-cita yang bener bener saya tekuni. Dokter, Pemain sepak bola, dan Polisi sudah berbentuk kalimat past tense. Akan tetapi dalam diri saya masih ada keyakinan bahwasannya tidak ada yang memungkiri usaha positf yang kalian lakukan. Saya masih berpendapat bahwa cita-cita itu adalah sebuah acuan kita untuk mencapai sebuah tujuan tertentu dan segala usaha yang dilakukan. Apabila kamu telah merasa maksimal dalam mengejar cita-cita tersebut namun belum menemukan hasil, maka jalan terbaik dari Tuhan akan segera kamu liat.

Jangan capek untuk mengubah rencana awal karena apapun kejadian selalu bisa saja terjadi tanpa kita sadari. Selalu berusaha bermanfaat untuk orang lain tentunya  akan membuat diri kita menjadi lebih bahagia kedepan.

Selamat membangun cita-cita guys hahhhaha 



You Might Also Like

0 komentar